Rabu, 11 Juni 2014

SEJARAH KEBUDAYAAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sistem?
2.      Apa yang dimaksud dengan peralatan hidup?
3.      Apa saja alat-alat batu dan logam Zaman Batu Tua atau Paleolithikum?
4.      Apa saja alat-alat batu dan logam Zaman Batu Tengah atau Mesolithikum?
5.      Apa saja alat-alat batu dan logam Zaman Batu Baru Neolithikum?

1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian sistem
2.      Untuk mengetahui pengertian peralatan hidup
3.      Untuk mengetahui alat-alat batu dan logam Zaman Batu Tua atau Paleolithikum
4.      Untuk mengetahui alat-alat batu dan logam Zaman Batu Tengah atau Mesolithikum
5.      Untuk mengetahui alat-alat batu dan logam Zaman Batu Baru Neolithikum

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Sistem
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, sistem merupakan sekelompok bagian-bagian alat dan sebagainya yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud, sekelompok dari pendapat peristiwa, kepercayaan dan sebagainya yang disusun dan diatur baik-baik, serta cara atau metode yang teratur untuk melakukan sesuatu.
Definisi mengenai sistem sebenarnya sulit untuk diuraikan. Mengingat kandungan yang ada di dalam sistem tersebut terdapat banyak unsur penting. Secara sederhana sistem diartikan sebagai kumpulan bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu maksud.
Dengan demikian, system merupakan kumpulan komponen-komponen suatu bagian yang dapat berupa alat maupun kedudukan atau jabatan yang masing-masing darinya memiliki suatu fungsi yang bekerja secara bersamaan secara sistematis atau terorganisasi.
2.2  Pengertian Peralatan Kehidupan
Yang dimaksud peralatan kehidupan adalah barang yang tercipta oleh manusia dan dihasilkan untuk membantu jangkauan aktivitas manusia.
2.3 Alat-Alat Batu dan Alat-Alat Logam
a.      Zaman batu
1.      Zaman Batu Tua atau Paleolithikum
Berdasarkan daerah temuan, kebudayaan Zaman Batu Tua dibagi atas Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong. Temuannya kebanyakan berserakan dipermukaan tanah.
Kebudayaan Pacitan
Chopper dari Pacitan
Dinamakan kebudayaan Pacitan karena peninggalan kebudayaan itu banyak ditemukan didaerah Pacitan di Pegunungan Sewu (perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur). Temuan ini berupa kapak genggam yang oleh ahli prasejarah disebut chopper (alat penetak). Kapak genggam kebudayaan Pacitan buatannya masih kasar. Bagian tertentu pada tempat menggenggam alat itu agak kecil. Kapak genggam itu tidak bertangkai. Kapak genggam juga ditemukan di Pargi (Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat) dan Lahat(SumateraBarat).
Kebudayaaan Ngandong
Alat-alat kebudayaan Ngandong banyak ditemukan di desa Ngandong (Ngawi, Jawa Timur), dan di daerah Sangiran (Surakarta Jawa Tengah).
Selain kapak genggam seperti yang ditemukan di Pacitan dan Ngandong dan Sangiran ditemukan alat-alat batu yang disebut Haker. Flakes juga masih kasar buatannya namun sebagian besar dari batu-batu berwarna indah. Flakes juga ditemukan di Cabenge, Sulawesi Selatan.
Flakes yang ditemukan di daerah Sangiran
Alat di atas mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores). Walaupun alat-alat Ngandong ditemukan dipermukaan tanah tetapi melalui penelitian dapat ditentukan bahwa alat-alat tersebut berasal dari pleistocen atas/lapisan Ngandong.

2.    Zaman Batu Tengah atau Mesolithikum
Temuan peninggalan kebudayaan zaman batu tengah pada umumnya terdapat di tempat-tempat yang disebut kjökkenmöddinger. Alat-alat Kebudayaan Mesolithikum juga ada yang ditemukan di gua yang disebut  “Abris Sous Roche”. 
Kjökkenmöddinger
            Kjökkenmöddinger, bahasa Denmark, berarti sampah dapur.  Kjökkenmöddinger berupa kulit kerang, jadi dengan sendirinya terletak ditepi pantai, setidak-tidaknya bekas pantai zaman prasejarah. Kjökkenmöddinger yang berupa bukit kerang tinggi dan panjang itu, terjadi karena orang prasejarah yang telah tinggal dirumah panggung, mempunyai kebiasaan makan kerang atau siput laut rebus. Sisa-sisa kulit kerang dan kulit siput laut dibuang di sekitar rumah panggung. Lama-kelamaan sisa kulit kerang dan kulit siput laut itu membentuk bukit kerang. Di antara bukit kerang, ditemukan kapak genggam.
Berbeda dengan kapak genggam zaman batu tua, kapak genggam zaman batu tengah dibuat dari batu yang dibelah dan sisi dalamnya dihaluskan. Kapak genggam semacam ini disebut pebble. Karena banyak ditemukan di Sumatera pebble disebut juga kapak Sumatera.
Dari bukit-bukit kerang ditemukan pula batu pipisan yang merupakan alat penggiling. Pipisan itu selain untuk menggiling makanan, digunakan pula untuk menggiling semacam cat merah, yang diduga untuk keperluan upacara keagamaan atau pemujaan. Temuan lain di kjökkenmöddinger adalah pecahan tembikar dan beberapa barang logam.
Abris Sous Roche
Salah satu abris sous roche
Berbeda dengan kjökkenmöddinger, abris sous roche ditemukan di pegunungan, berupa gua-gua atau ceruk untuk tempat tinggal. Temuan dari abris sous roche antara lain, ujung panah batu, flakes, batu pipisan, dan beberapa alat perunggu, besi tulang dan tanduk.


3.      Zaman Batu Baru Neolithikum
Zaman batu muda diperkirakan berlangsung kira-kira tahun 2000 SM. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini sudah sangat maju. Dalam zaman ini, alat yang dihasilkan sudah bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi pada semua bagiannya telah dihaluskan dan persebarannya telah merata di seluruh Indonesia. Menurut Dr. R. Soekmono, Kebudayaan ini lah yang menjadi dasar kebudayaan Indonesia sekarang. Dalam zaman ini, terjadi perubahan pola hidup masyarakat, dari tradisi food gatering ke food producing. Manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Proto Melayu. Seperti suku Nias, suku Toraja, suku Sasak dan Suku Dayak.
Peralatan yang dihasilkan zaman batu muda, antara lain :
Kapak lonjong


 




Kapak dengan penampang berbentuk lonjong atau bulat telur. Kapak lonjong terbuat dari batu kali yang berwarna kehitaman. Persebarannya melalui jalur timur, yaitu Jepang, Formosa, Filipina, Minahasa, Maluku, dan Papua. Dua bentuk kapak lonjong Yaitu kapak besar (Walzanbeil) dan kapak kecil (kleinbeil). Kapak lonjong semacam itu diduga dibuat untuk keperluan upacara ritual.
Kapak persegi
Kapak dengan penampang lintangnya berbentuk persegi  panjang atau trapesium. Kapak persegi terdiri atas berbagi ukuran, basar (beliung atau pacul), dan kecil (tarah). Persebarannya melalui jalur barat yaitu dari tenggara semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Kapak persegi ini biasanya digunakan sebagai alat, antara lain : beliung, cangkul, dan tarah.
Kapak Bahu
Sejenis kapak persegi yang banyak dijumpai di Asia, namun tidak terdapat di Indonesia, adalah kapak bahu, yaitu kapak yang memiliki semacam bahu untuk tempat mengikat tangkai kapak.
Peninggalan alat-alat terpenting zaman batu baru ialah kapak persegi dan kapak lonjong.

Zaman Logam
            Zaman logam di Indonesia dapat dikatakan merupakan zaman perunggu, karena zaman tembaga tidak pernah dikenal di indonesia. Zaman besi berlangsung hamper bersamaan dengan zaman perunggu. Bahkan, diduga kebudayaan perunggu dan kebudayaan besi berkembang di Indonesia dalam waktu bersamaan. Kebudayaan perunggu juga disebut juga kebudayaan Dongson. Dongson adalah nama suatu daerah di Tonkin, Indo-Cina. Di Dongson pernah dilakkan penyelidikan pertama tentang kebudayaan perunggu. Diduga di daerah inilah kebudayaan perunggu berpusat dan kemudian menyebar sampai ke Indonesia. Perunggu adalah campuran bahan tembaga dan timah. Teknik pembuatan alat-alat logam ialah dengan cara yang disebut a cire perdue. Terlebih dahulu dibuat model benda yang diinginkan dari lilin. Model lilin itu kemudian ditutup dengan tanah liat. Bila tanah liat itu dipanaskan, lilin akan mencair dan mengalir sampai habis melalui lubang yang telah disediakan, sedangkan tanah liat menjadi keras. Melalui lubang yang telah disediakan itu pula logam cair dituangkan ke dalam cetakan tanah liat. Sesudah didinginkan beberapa waktu, cetakan tanah liat itu dipecah. Cara ini menghasilkan benda tidak berongga. Bila diinginkan benda berongga, model lilin diberi teras tanah liat pula. Setelah selesai, tanah liat it dikeluarkan sedikit demi sedikit dari benda logamnya. Dari hasiltemuan erupa cetakan benda perunggu di beberapa tempat, misalnya di desa Manuaba ( Bali ) dan di dekat Bandung ( Jawa Barat) , dapat kita simpulkan bahwa alat-alat perunggu telah dibuat di Indonesia. Temuan di desa Manuaba berupa cetakan untuk membuat nekara, salah satu alat zaman logam.  Beberapa hasil penting zaman kebudayaan perunggu ialah:

1.      Kapak Corong
Kapak corong adalah kapak yang bagian atasnya berbentuk corong. Corong ini berguna untuk memasukkan tangkai kapak. Ujung atau bagian atas kapak corong ada yang dibelah, ada yang tidak dibelah. Kapak corong juga disebut kapak sepatu, karena tangkai kapak dimasukkan ke dalam corong kapak seperti kaki yang dimasukkan ke dalam sepatu. Kapak corong memiliki berbagai macam ukuran, besar dan kecil. Walaupun sebagian besar kapak corong yang titemukan memperlihatkan tanda-tanda bekas dipakai, namun ditemukan pula kapak corong yang diduga dibuat hanya untuk upacara ritual. Kaapk corong seperti ini tidak menunjukkan tanda-tanda bekas dipakai dan biasanya dibuat dengan hiasan indah atau dengan bentuk istimewa. Kapak corong untuk uupacara yang satu sisinya pancang dinamakan candrasa.

Bermacam-macam jenis kapak corong
Candrasa yang satu sisinya panjang
2.      Nekara
     Nekara ialah alat semacam berumbung perunggu yang berpinggang di tengah dan bagian atas tertutup. Temuan nekara utuh hanya beberapa saja. Di berbagai tempat hanya ditemukan pecahan-pecahan nekara. Fungsi nekara adalah sebagai alat-alat bunyian. Membunyikannya dengan cara memukul tutup bagian atasnya dengan alat pemukul. Nekara dipukul dala upacara mengiringi pengantin, mengiringi jenazah, atau upacara memanggil hujan. Nakara juga dipergunakan sebagai mas kawin. Nekara dibuat dengan teknik a cire perdue. Di desa Manuaba ( Bali ), ditemukan alat cetakan nekara. Nekara ada yang berbentuk lebar, ada yang berbentuk ramping. Nekara yang ramoping disebut moko, banyak ditemukan di Pulau Alor ( Nusa Tenggara Timur). Di Pulau Bali ditemukan nekara terbesar yang masih utuh. Nekara  itu yang menurut kepercayaan merupakan bagian bulan yang jatuh, dengan tinggi 1,86 meter dan garis tengah 1,60 meter, sekarang disimpan di Pura Penataran Sasih. Nekara itu dianggap suci dan dipuja penduduk. 
Nekara dari pulau Selayar
            Bagian nekara yang terpenting ialah gambar-gambar hiasan yang terdapat pada “ dinding  luar”nya . Terutama nekara yang dibuat pada zaman prasejarah sangat penting, karena pada zaman itu belum dikenal tulisan. Hiasan itu menggambarkan kehidupan dan kebudayaan zaman prasejarah, terutama dalam zaman logam. Hiasan nekara umumnya berupa hiasan geometris, garis lengkung, garis lurus, dan pilih-pilin. Di beberapa nekara ditemukan hiasan gambar binatang, rumah, perahu, orang sedang berburu, orang menari atau melakukan upacara, rang memegang candrasa, dan lain-lain. Pada salah sat nekara, tedapat hiasan berupa gambar orang sedang meniup alat bunyi-bunyian. Nekara tidak hanya dibuat pada zaman prasejarah saja. Dari beberapa temuan, ternyata nekara tetap dibuat dalam zaman sejarah, bahkan pada abad ke-19 juga masih dibuat nekara.
3.       Bejana Perunggu
                        Selain kapak corong dan nekara, pada zaman perunggu telah dibuat benda semacam periuk tetapi langsing dan pipih. Benda itu dinamakan bejana perunggu. Bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci( Sumatera Barat) dan di Madura(Jawa Timur). Para ahli purbakala hingga kini belum dapat menyimpulkan untuk apa bejana itu dibuat. Seperti pada nekara, dinding luar bejana perunggu dibuat sangat indah dengan gambar-gambar geometris, lengkung, atau gambar binatang.
4.      Perhiasan

            Pada zaman perunggu, orang telah mengenal perhiasaan, baik untuk dipakai sehari-hari, untuk upacara, maupun untuk alat penukar. Perhiasan yang dibuat dari perunggu antara lain gelangtangan, gelang kaki ( binggel), cincin, anting-anting, dan beberapa patung kecil yang diduga untuk leontin. Ditemukan pula cincin-cicin perunggu kecil yang diperkirakan untuk alat penukar. Kaca pada umumnya dibuat manic-manik, berukuran besar dan kecil.
Manik-manik zaman perunggu
                        Perhiasan tidak hanya dibuat dari perunggu dan kaca. Dan beberapa tempat ditemukan pula perhiasan dari kerang yang indah dan dari batu yang indah.


E. Alat- alat Tulang dan Tanduk

            Alat-alat tulang dan tanduk telah dipakai sejak zaman batu tua. Alat-alat ini kemudian masih dipakai sampai zaman sejarah. Di daerah Ngandong, tempat temuan alat-alat zaman batu tua, selain flakes juga ditemukan alat-alat dari tulang binatang dn tanduk rusa. Alat-alat ini yang dibuat semacam belati. Diduga alat ini digunakan untuk mengorek tanah, mencari ubi dan keladi. Ditemukan juga alat-alat seperti ujung tombak yang kedua sisinya bergerigi. Pada zaman kebudayaan batu tengah, alat-alat tulang banyak ditemukan di abris sous rocho Gua Lawa, Sampung (Ponogoro-Jawa Timur). Kebudayaan tulang tetap berkembang pada zaman batu baru. Namun, temuan alat-alat tulang zaman batu baru tidak sebanyak temuan zaman sebelumnya.
Alat-alat tulang dan tanduk zaman palaecolitnikum
yang di temukan di daerah Ngandong.
                F.  Tembikar
   Tembikar adalah barang-barang dari tanah liat. Temuan tembikar pertama adalah tembikar berwujud belanga, di lapisan atas kjokkenmoddinger di Sumatera. Dari hasil penelitian, tembikar yang ditemukan belum dibuat dengan roda pelarik ( landasan berputar). Setelah dibentuk dengan tangan, tembikar itu dihaluskan dengan batu yang sudah halus permukaanya. Lalu dinding luarnya dipukul-pukul dengan papan yang telah diukir dengan berbagai hiasan. Pada umumnya hiasan tembikar itu berupa garis-garis, semacam tali, anyaman bamboo, motif-motif tekstil, dan kerang. Di Meilo( Sumba), banyak ditemukan tembikar yang berisi tulang manusia. Dengan demikian jelas bahwa cara penguburan zaman prasejarah ialah dengan menanam mayat-mayatitu, kemudian setelah tinggal tulang belulang, diadakan pacara penguburan kedua dengan memasukkan tulang belulang itu ke dalam tembikar yang telah disediakan. Cara pengburan ini masih terdapat di berbagai suku bangsa saat ini. 

                                         BAB III
PENUTUP

3.1   Simpulan
                 System merupakan kumpulan komponen-komponen suatu bagian   yang dapat berupa alat maupun kedudukan atau jabatan yang masing-masing darinya memiliki suatu fungsi yang bekerja secara bersamaan secara sistematis atau terorganisasi. Peralatan kehidupan adalah barang yang tercipta oleh manusia dan dihasilkan untuk membantu jangkauan aktivitas manusia. Contoh alat zaman batu tua atau Paleolithikum yaitu kapak genggam,   contoh zaman batu tengah atau Mesolithikum yaitu Haker, dan contoh  alat batu dan logam zaman batu baru Neolithikum yaitu kapak corong, candrasa, nekara.

                     3.2   Saran
               Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar mahasiswa memiliki  pengetahuan dan pemahaman tentang sistem peralatan hidup pada zaman prasejarah. Kepada semua pihak diharapkan memberikan masukan yang relevan untuk penyempurnaan makalah ini.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar