BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan dirasakan oleh hampir
semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar,
mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat
melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu
dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek
kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
Perubahan sosial merupakan bagian
dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang
meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan
tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.
Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.
Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan
tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak
dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada
pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam
arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan
mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena
interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara
simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil
definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat
istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat,
maka perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur
tersebut. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan
suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu
masyarakat memenuhi kebutuhannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan sistem?
2. Apa
yang dimaksud dengan peralatan hidup?
3. Apa
saja alat-alat batu dan logam Zaman Batu Tua atau Paleolithikum?
4. Apa
saja alat-alat batu dan logam Zaman Batu Tengah atau Mesolithikum?
5. Apa
saja alat-alat batu dan logam Zaman Batu Baru Neolithikum?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian sistem
2. Untuk
mengetahui pengertian peralatan hidup
3. Untuk
mengetahui alat-alat batu dan logam Zaman Batu Tua atau Paleolithikum
4. Untuk
mengetahui alat-alat batu dan logam Zaman Batu Tengah atau Mesolithikum
5. Untuk
mengetahui alat-alat batu dan logam Zaman Batu Baru Neolithikum
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sistem
Menurut
kamus lengkap bahasa Indonesia, sistem merupakan sekelompok bagian-bagian alat
dan sebagainya yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud,
sekelompok dari pendapat peristiwa, kepercayaan dan sebagainya yang disusun dan
diatur baik-baik, serta cara atau metode yang teratur untuk melakukan sesuatu.
Definisi
mengenai sistem sebenarnya sulit untuk diuraikan. Mengingat kandungan yang ada
di dalam sistem tersebut terdapat banyak unsur penting. Secara sederhana sistem
diartikan sebagai kumpulan bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk
melakukan sesuatu maksud.
Dengan
demikian, system merupakan kumpulan komponen-komponen suatu bagian yang dapat
berupa alat maupun kedudukan atau jabatan yang masing-masing darinya memiliki
suatu fungsi yang bekerja secara bersamaan secara sistematis atau
terorganisasi.
2.2 Pengertian
Peralatan Kehidupan
Yang dimaksud
peralatan kehidupan adalah barang yang tercipta oleh manusia dan dihasilkan
untuk membantu jangkauan aktivitas manusia.
2.3 Alat-Alat Batu dan
Alat-Alat Logam
a. Zaman
batu
1. Zaman
Batu Tua atau Paleolithikum
Berdasarkan daerah
temuan, kebudayaan Zaman Batu Tua dibagi atas Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan
Ngandong. Temuannya kebanyakan berserakan dipermukaan tanah.
Kebudayaan
Pacitan
Chopper dari Pacitan
Dinamakan
kebudayaan Pacitan karena peninggalan kebudayaan itu banyak ditemukan didaerah
Pacitan di Pegunungan Sewu (perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur). Temuan ini
berupa kapak genggam yang oleh ahli
prasejarah disebut chopper (alat
penetak). Kapak genggam kebudayaan Pacitan buatannya masih kasar. Bagian
tertentu pada tempat menggenggam alat itu agak kecil. Kapak genggam itu tidak
bertangkai. Kapak genggam juga ditemukan di Pargi (Sulawesi), Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat) dan Lahat(SumateraBarat).
Kebudayaaan
Ngandong
Alat-alat kebudayaan Ngandong
banyak ditemukan di desa Ngandong (Ngawi, Jawa Timur), dan di daerah Sangiran
(Surakarta Jawa Tengah).
Selain kapak genggam seperti yang
ditemukan di Pacitan dan Ngandong dan Sangiran ditemukan alat-alat batu yang
disebut Haker. Flakes juga masih kasar buatannya namun sebagian besar dari
batu-batu berwarna indah. Flakes juga ditemukan di Cabenge, Sulawesi Selatan.
Flakes yang ditemukan di daerah Sangiran
Alat di atas
mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging
atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang.
Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti
Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera),
Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores). Walaupun
alat-alat Ngandong ditemukan dipermukaan tanah tetapi melalui penelitian dapat
ditentukan bahwa alat-alat tersebut berasal dari pleistocen atas/lapisan
Ngandong.
2.
Zaman Batu Tengah atau Mesolithikum
Temuan peninggalan kebudayaan zaman
batu tengah pada umumnya terdapat di tempat-tempat yang disebut kjökkenmöddinger. Alat-alat
Kebudayaan Mesolithikum juga ada yang ditemukan di gua yang disebut
“Abris Sous Roche”.
Kjökkenmöddinger
Kjökkenmöddinger, bahasa
Denmark, berarti sampah dapur. Kjökkenmöddinger berupa
kulit kerang, jadi dengan sendirinya terletak ditepi pantai, setidak-tidaknya
bekas pantai zaman prasejarah. Kjökkenmöddinger yang
berupa bukit kerang tinggi dan panjang itu, terjadi karena orang prasejarah
yang telah tinggal dirumah panggung, mempunyai kebiasaan makan kerang atau
siput laut rebus. Sisa-sisa kulit kerang dan kulit siput laut dibuang di
sekitar rumah panggung. Lama-kelamaan sisa kulit kerang dan kulit siput laut
itu membentuk bukit kerang. Di antara bukit kerang, ditemukan kapak genggam.
Berbeda dengan kapak genggam zaman
batu tua, kapak genggam zaman batu tengah dibuat dari batu yang dibelah dan
sisi dalamnya dihaluskan. Kapak genggam semacam ini disebut pebble. Karena banyak ditemukan di
Sumatera pebble disebut juga kapak
Sumatera.
Dari bukit-bukit kerang ditemukan
pula batu pipisan yang merupakan alat penggiling. Pipisan itu selain untuk
menggiling makanan, digunakan pula untuk menggiling semacam cat merah, yang
diduga untuk keperluan upacara keagamaan atau pemujaan. Temuan lain di kjökkenmöddinger adalah
pecahan tembikar dan beberapa barang logam.
Abris
Sous Roche
Salah
satu abris sous roche
Berbeda
dengan kjökkenmöddinger, abris
sous roche ditemukan di pegunungan, berupa gua-gua atau ceruk untuk tempat
tinggal. Temuan dari abris sous roche antara lain, ujung panah batu, flakes,
batu pipisan, dan beberapa alat perunggu, besi tulang dan tanduk.
3. Zaman
Batu Baru Neolithikum
Zaman batu muda diperkirakan
berlangsung kira-kira tahun 2000 SM. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini
sudah sangat maju. Dalam zaman ini, alat yang dihasilkan sudah bagus. Meskipun
masih terbuat dari batu, tetapi pada semua bagiannya telah dihaluskan dan
persebarannya telah merata di seluruh Indonesia. Menurut Dr. R. Soekmono,
Kebudayaan ini lah yang menjadi dasar kebudayaan Indonesia sekarang. Dalam
zaman ini, terjadi perubahan pola hidup masyarakat, dari tradisi food
gatering ke food producing. Manusia yang hidup pada zaman ini
adalah bangsa Proto Melayu. Seperti suku Nias, suku Toraja, suku Sasak dan Suku
Dayak.
Peralatan
yang dihasilkan zaman batu muda, antara lain :
Kapak lonjong
Kapak
dengan penampang berbentuk lonjong atau bulat telur. Kapak lonjong terbuat dari
batu kali yang berwarna kehitaman. Persebarannya melalui jalur timur, yaitu
Jepang, Formosa, Filipina, Minahasa, Maluku, dan Papua. Dua bentuk kapak
lonjong Yaitu kapak besar (Walzanbeil) dan kapak kecil (kleinbeil).
Kapak lonjong semacam itu diduga dibuat untuk keperluan upacara ritual.
Kapak persegi
Kapak
dengan penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Kapak persegi terdiri atas berbagi ukuran, basar (beliung atau pacul), dan
kecil (tarah). Persebarannya melalui jalur barat yaitu dari tenggara
semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan
Maluku. Kapak persegi ini biasanya digunakan sebagai alat, antara lain :
beliung, cangkul, dan tarah.
Kapak Bahu
Sejenis
kapak persegi yang banyak dijumpai di Asia, namun tidak terdapat di Indonesia,
adalah kapak bahu, yaitu kapak yang memiliki semacam bahu untuk tempat mengikat
tangkai kapak.
Peninggalan alat-alat terpenting
zaman batu baru ialah kapak persegi dan kapak lonjong.
Zaman Logam
Zaman logam di Indonesia dapat
dikatakan merupakan zaman perunggu,
karena zaman tembaga tidak pernah dikenal di indonesia. Zaman besi berlangsung
hamper bersamaan dengan zaman perunggu. Bahkan, diduga kebudayaan perunggu dan
kebudayaan besi berkembang di Indonesia dalam waktu bersamaan. Kebudayaan
perunggu juga disebut juga kebudayaan
Dongson. Dongson adalah nama suatu daerah di Tonkin, Indo-Cina. Di Dongson
pernah dilakkan penyelidikan pertama tentang kebudayaan perunggu. Diduga di
daerah inilah kebudayaan perunggu berpusat dan kemudian menyebar sampai ke
Indonesia. Perunggu adalah campuran bahan tembaga dan timah. Teknik pembuatan
alat-alat logam ialah dengan cara yang disebut a cire perdue. Terlebih dahulu dibuat model benda yang diinginkan
dari lilin. Model lilin itu kemudian ditutup dengan tanah liat. Bila tanah liat
itu dipanaskan, lilin akan mencair dan mengalir sampai habis melalui lubang
yang telah disediakan, sedangkan tanah liat menjadi keras. Melalui lubang yang
telah disediakan itu pula logam cair dituangkan ke dalam cetakan tanah liat.
Sesudah didinginkan beberapa waktu, cetakan tanah liat itu dipecah. Cara ini
menghasilkan benda tidak berongga. Bila diinginkan benda berongga, model lilin
diberi teras tanah liat pula. Setelah selesai, tanah liat it dikeluarkan
sedikit demi sedikit dari benda logamnya. Dari hasiltemuan erupa cetakan benda
perunggu di beberapa tempat, misalnya di desa Manuaba ( Bali ) dan di dekat
Bandung ( Jawa Barat) , dapat kita simpulkan bahwa alat-alat perunggu telah
dibuat di Indonesia. Temuan di desa Manuaba berupa cetakan untuk membuat nekara,
salah satu alat zaman logam. Beberapa
hasil penting zaman kebudayaan perunggu ialah:
1. Kapak
Corong
Kapak
corong adalah kapak yang bagian atasnya berbentuk corong. Corong ini berguna
untuk memasukkan tangkai kapak. Ujung atau bagian atas kapak corong ada yang
dibelah, ada yang tidak dibelah. Kapak corong juga disebut kapak sepatu, karena
tangkai kapak dimasukkan ke dalam corong kapak seperti kaki yang dimasukkan ke
dalam sepatu. Kapak corong memiliki berbagai macam ukuran, besar dan kecil.
Walaupun sebagian besar kapak corong yang titemukan memperlihatkan tanda-tanda
bekas dipakai, namun ditemukan pula kapak corong yang diduga dibuat hanya untuk
upacara ritual. Kaapk corong seperti ini tidak menunjukkan tanda-tanda bekas
dipakai dan biasanya dibuat dengan hiasan indah atau dengan bentuk istimewa.
Kapak corong untuk uupacara yang satu sisinya pancang dinamakan candrasa.
Bermacam-macam jenis
kapak corong
Candrasa yang satu
sisinya panjang
2.
Nekara
Nekara ialah alat semacam berumbung
perunggu yang berpinggang di tengah dan bagian atas tertutup. Temuan nekara
utuh hanya beberapa saja. Di berbagai tempat hanya ditemukan pecahan-pecahan
nekara. Fungsi nekara adalah sebagai alat-alat bunyian. Membunyikannya dengan
cara memukul tutup bagian atasnya dengan alat pemukul. Nekara dipukul dala
upacara mengiringi pengantin, mengiringi jenazah, atau upacara memanggil hujan.
Nakara juga dipergunakan sebagai mas kawin. Nekara dibuat dengan teknik a cire perdue. Di desa Manuaba ( Bali ),
ditemukan alat cetakan nekara. Nekara ada yang berbentuk lebar, ada yang
berbentuk ramping. Nekara yang ramoping disebut moko, banyak ditemukan di Pulau
Alor ( Nusa Tenggara Timur). Di Pulau Bali ditemukan nekara terbesar yang masih
utuh. Nekara itu yang menurut
kepercayaan merupakan bagian bulan yang jatuh, dengan tinggi 1,86 meter dan
garis tengah 1,60 meter, sekarang disimpan di Pura Penataran Sasih. Nekara itu
dianggap suci dan dipuja penduduk.
Nekara dari pulau
Selayar
Bagian
nekara yang terpenting ialah gambar-gambar hiasan yang terdapat pada “
dinding luar”nya . Terutama nekara yang
dibuat pada zaman prasejarah sangat penting, karena pada zaman itu belum
dikenal tulisan. Hiasan itu menggambarkan kehidupan dan kebudayaan zaman
prasejarah, terutama dalam zaman logam. Hiasan nekara umumnya berupa hiasan
geometris, garis lengkung, garis lurus, dan pilih-pilin. Di beberapa nekara
ditemukan hiasan gambar binatang, rumah, perahu, orang sedang berburu, orang
menari atau melakukan upacara, rang memegang candrasa, dan lain-lain. Pada
salah sat nekara, tedapat hiasan berupa gambar orang sedang meniup alat
bunyi-bunyian. Nekara tidak hanya dibuat pada zaman prasejarah saja. Dari
beberapa temuan, ternyata nekara tetap dibuat dalam zaman sejarah, bahkan pada
abad ke-19 juga masih dibuat nekara.
3.
Bejana Perunggu
Selain
kapak corong dan nekara, pada zaman perunggu telah dibuat benda semacam periuk
tetapi langsing dan pipih. Benda itu dinamakan bejana perunggu. Bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci(
Sumatera Barat) dan di Madura(Jawa Timur). Para ahli purbakala hingga kini
belum dapat menyimpulkan untuk apa bejana itu dibuat. Seperti pada nekara,
dinding luar bejana perunggu dibuat sangat indah dengan gambar-gambar
geometris, lengkung, atau gambar binatang.
4.
Perhiasan
Pada zaman perunggu, orang telah mengenal perhiasaan,
baik untuk dipakai sehari-hari, untuk upacara, maupun untuk alat penukar.
Perhiasan yang dibuat dari perunggu antara lain gelangtangan, gelang kaki (
binggel), cincin, anting-anting, dan beberapa patung kecil yang diduga untuk
leontin. Ditemukan pula cincin-cicin perunggu kecil yang diperkirakan untuk
alat penukar. Kaca pada umumnya dibuat manic-manik, berukuran besar dan kecil.
Manik-manik
zaman perunggu
Perhiasan
tidak hanya dibuat dari perunggu dan kaca. Dan beberapa tempat ditemukan pula
perhiasan dari kerang yang indah dan dari batu yang indah.
E. Alat- alat Tulang dan Tanduk
Alat-alat
tulang dan tanduk telah dipakai sejak zaman batu tua. Alat-alat ini kemudian
masih dipakai sampai zaman sejarah. Di daerah Ngandong, tempat temuan alat-alat
zaman batu tua, selain flakes juga ditemukan alat-alat dari tulang binatang dn
tanduk rusa. Alat-alat ini yang dibuat semacam belati. Diduga alat ini
digunakan untuk mengorek tanah, mencari ubi dan keladi. Ditemukan juga
alat-alat seperti ujung tombak yang kedua sisinya bergerigi. Pada zaman
kebudayaan batu tengah, alat-alat tulang banyak ditemukan di abris sous rocho
Gua Lawa, Sampung (Ponogoro-Jawa Timur). Kebudayaan tulang tetap berkembang
pada zaman batu baru. Namun, temuan alat-alat tulang zaman batu baru tidak
sebanyak temuan zaman sebelumnya.
Alat-alat tulang dan
tanduk zaman palaecolitnikum
yang di temukan di
daerah Ngandong.
F.
Tembikar
Tembikar adalah barang-barang dari tanah liat. Temuan tembikar
pertama adalah tembikar berwujud belanga, di lapisan atas kjokkenmoddinger di
Sumatera. Dari hasil penelitian, tembikar yang ditemukan belum dibuat dengan
roda pelarik ( landasan berputar). Setelah dibentuk dengan tangan, tembikar itu
dihaluskan dengan batu yang sudah halus permukaanya. Lalu dinding luarnya
dipukul-pukul dengan papan yang telah diukir dengan berbagai hiasan. Pada
umumnya hiasan tembikar itu berupa garis-garis, semacam tali, anyaman bamboo,
motif-motif tekstil, dan kerang. Di Meilo( Sumba), banyak ditemukan tembikar
yang berisi tulang manusia. Dengan demikian jelas bahwa cara penguburan zaman
prasejarah ialah dengan menanam mayat-mayatitu, kemudian setelah tinggal tulang
belulang, diadakan pacara penguburan kedua dengan memasukkan tulang belulang
itu ke dalam tembikar yang telah disediakan. Cara pengburan ini masih terdapat
di berbagai suku bangsa saat ini.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
System merupakan kumpulan
komponen-komponen suatu bagian yang dapat berupa alat maupun kedudukan atau
jabatan yang masing-masing darinya memiliki suatu fungsi yang bekerja secara
bersamaan secara sistematis atau terorganisasi. Peralatan kehidupan adalah barang
yang tercipta oleh manusia dan dihasilkan untuk membantu jangkauan aktivitas
manusia. Contoh alat zaman batu tua atau Paleolithikum
yaitu kapak genggam, contoh zaman batu
tengah atau Mesolithikum yaitu Haker, dan contoh alat batu dan logam zaman batu baru
Neolithikum yaitu kapak corong, candrasa, nekara.
3.2 Saran
Adapun manfaat dari makalah ini
adalah agar mahasiswa memiliki pengetahuan
dan pemahaman tentang sistem peralatan hidup pada zaman prasejarah. Kepada
semua pihak diharapkan memberikan masukan yang relevan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar