BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pragmatik merupakan telaah
penggunaan bahasa untuk menuangkan maksud dalam tindak komunikasi sesuai dengan
konteks dan keadaan pembicaraan. Bahasa memiliki fungsi
yang penting bagi kehidupan manusia terutama fungsi komunikatif. sehingga aspek
yang tidak dapat dipisahkan dalam kajian pragmatik adalah bahasa kaitannya
dengan konteks. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa dalam
berbagai bentuk guna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan berkomunikasi,
manusia dapat memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling
berhubungan untuk menyatakan pikiran dan pendapatnya serta bekerja sama. Bahasa
sebagai alat komunikasi haruslah dipahami penutur dan mitra tuturnya sehingga
penggunanya tidak menimbulkan salah pengertian. Pesan seorang penutur kepada
mitratuturnya dapat berjalan baik jika keduanya saling memahami makna tuturan
mereka. Pemahaman secara tersurat saja belumlah cukup dalam berkomunikasi,
karena pesan dalam berkomunikasi tidak hanya tersurat tetapi juga tersirat.
Makna tersurat dapat dimengerti dengan mencari semantis kata-kata yang
membentuk ujaran tersebut. Sementara itu, untuk memahami makna tersirat suatu
ujaran, pengetahuan semantis saja tidak begitu memadai. Dengan kata lain, makna
tersirat tidak terbatas pada apa yang dikatakan oleh penutur saja tetapi apa
yang tidak dikatakannya. Dalam sebuah percakapan, untuk dapat memahami makna
tersirat suatu ujaran pemahaman mengenai implikatur sangat diperlukan. Makna
yang tersirat dalam suatu percakapan disebut juga sebagai implikatur
percakapan. Dengan kata lain, implikatur percakapan adalah proposisi atau
pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau yang
dimaksudkan penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur
dalam suatu percakapan (Grice dalam Gunawan, 2007:247). Implikatur suatu ujaran
ditimbulkan akibat adanya pelanggaran prinsip percakapan. Prinsip percakapan
adalah prinsip yang harus diperhatikan dan yang harus dipatuhi oleh pengguna
bahasa agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Selanjutnya, dijelaskan
bahwa prinsip percakapan ini meliputi prinsip kerja sama dan prinsip
kesantunan. Prinsip kerja sama mengharuskan penutur memberikan kontribusi
percakapan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Sementara itu, prinsip kesantunan
berkenaan dengan aturan-aturan yang bersifat sosial, estetis, dan moral dalam
bertutur, dari pernyataan di atas maka
dapat ditarik beberapa rumusan masalah.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Hakikat Implikatur?
2. Bagaimanakah
konsep Implikatur Percakapan?
3. Apa
saja jenis-jenis Implikatur Percakapan?
4. Apa
saja ciri – ciri mplikatur Percakapan?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui Hakikat Implikatur
2. Untuk
mengetahui Konsep Implikatur Percakapan
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis Implikatur Percakapan
4. Untuk
mengetahui ciri –ciri Implikatur Percakapan
1.4 Manfaat
1. Dapat
mengetahui Hakikat Implikatur
2. Dapat
mengetahui konsep Implikatur Percakapan
3. Dapat
mengetahui jenis-jenis Implikatur Percakapan
4. Dapat
mengetahui ciri-ciri Implikatur Percakapan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
HAKIKAT IMPLIKATUR
Implikatur
adalah salah satu istilah teknis dalam kajian pragmatik. Istilah tersebut
pertama kali dipergunakan ketika H.P. Grice, ketika memberikan perkuliahan di
Universitas Hardvard tahun 1967, atas undangan William James (Thomas, 1995:
56). Istilah implikatur dipublikasikan secara luas oleh Grice tahun 1975
melalui artikelnya yang berjudul “ Logic and Conversation” dalam jurnal Syntax
and Semantics Volume 3 Speech Acrt, yang di editori oleh P. Cole dan J.L. Morgan.
Implikatur diartikan sebagai implikasi makna yang tersirat dalam suatu tuturan
yang disertai konteks, meskipun makna itu bukan merupakan bagian atau pemenuhan
dari apa yang dituturkan. Implikatur dapat pula diartikan sebagai implikasi
makna berupa satuan pragmatik dari suatu tuturan, baik lisan maupun tulisan.
Sehubungan dengan itu, maka hakikat implikatur adalah makna yang terselubung
dari sebuah tuturan yang diujarkan Pn atau Mt (Yule,1998:40-41; Bach dan
Harnish,1997:165-166;dan Thomas,1995:56).
Dengan
demikian implikatur dapat dikatakan memberikan penjelasan yang eksplisit atau
secara nyata mengenai cara memaknai lebih dari sekadar “apa yang sebenarnya
diucapkan”. Dengan kata lain implikatur memberikan gambaran tindak tutur
tertentu. Implikatur percakapan juga merupakan adanya keterkaitan antara
ujaran-ujaran yang diucapkan antara dua orang yang sedang bercakap-cakap.
keterkaitan ini tidak tampak secara literal, tetapi hanya dipahami secara
tersirat (Purwo, 1990).
2.2 KONSEP IMPLIKATUR DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN
Menurut Levinson
(1992:97-100), konsep implikatur
memiliki empat kegunaan, yakni
Pertama,implikatur mampu memberi penjelasan
fungsional yang bermakna atas fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjelaskan
kemudian dimasukkan ke dalam “keranjang-keranjang sampah pengecualian” oleh
teori-teori gramatikal formal.
Kedua,
implikatur mampu memberikan penjelasan mengapa suatu tuturan, misalnya dalam
bentuk pertanyaan tetapi bermakna perintah.
Ketiga,
implikatur dapat menyederhanakan deskripsi semantik perbedaan antarklausa.
Keempat, implikatur dapat menjelaskan berbagai fenomena kebahasaan
yang tampak tidak berkaitan atau bahkan
berlawanan, tetapi ternyata mempunyai hubungan yang komunikatif.
2.2 JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN
Grice
(1975) membagi implikatur menjadi dua jenis, yaitu implikatur konvensional dan
nonkonvensional. Selanjutnya, Implikatur nonkonvensional tersebut oleh Grice
diistilahkan dengan implikatur konversasional (Implikatur percakapan), atau
performatif tidak langsung dalam tindak
tutur.
(1) Implikatur konvensional adalah implikatur
yang diperoleh langsung dari makna kata,
bukan dari prinsip percakapan. Tuturan
berikut ini mengandung implikatur konvensional.
Contoh:
a. A : Saya
kehabisan bensin.
B :
Oh, di dekat perempatan sana ada pompa bensin.
Seperti contoh
di atas, ujaran B mengemukakan untuk menyampaikan bahwa A dapat memperoleh
bensin di sana. Istilah implikatur konvensional tidak memerlukan syarat konteks
khusus agar dapat ditarik kesimpulanya.
(2) Implikatur nonkonvensional atau implikatur percakapan adalah
implikasi pragmatik yang tersirat di dalam suatu percakapan. Di dalam
komunikasi, tuturan selalu menyajikan suatu fungsi pragmatik dan di dalam
tuturan percakapan itulah terimplikasi suatu maksud atau tersirat fungsi
pragmatik lain yang dinamakan implikatur percakapan. Berikut ini merupakan contoh tuturan di
dalam suatu percakapan yang mengandung suatu implikasi percakapan.
A: Ali sekarang memelihara kucing.
B : Hati-hati menyimpan daging.
Tuturan
B bukan merupakan bagian dari tuturan A. Tuturan A muncul akibat inferensi yang
didasari oleh latar belakang pengetahuan tentang kucing dengan segala sifatnya.
Adapun salah satu sifatnya adalah senang
memakan daging.
Antara
implikatur konvensional dan implikatur percakapan terdapat perbedaan dalam
pemaknaanya. Agar lebih jelas perbedaan dalam pemaknaannya implikatur
kenvensional dengan Implikatur percakapan, dapat memperhatikan contoh berikut
ini:
(21)
Bu Guru : Halizah, baknya sudah penuh ?
Halizah : Ya, Bu. Sebentar saya matikan
(22)
Halizah: Bu, masih ada orang.
Bu
guru: Ya, nanti saja!
Tuturan
(21) “ Halizah, baknya sudah penuh?” Walaupun tuturan (21) bermodus introgatif,
namun sesuai dengan konteksnya, Bu guru secara tidak langsung menyuruh Halizah
menutup keran, yang diduga baknya sudah penuh. Tuturan (22) “Bu, masih ada
orang.” Berimplikasi bahwa keran belum dapat ditutup karena masih ada orang di
dalam kamar mandi. Kedua contoh tersebut mengandung implikasi makna tidak
langsung (IP). Sementara itu, jawaban Halizah pada (21) “ ya, bu. Sebentar saya
matikan.” Dan jawaban Bu guru pada (22) “ Ya, nanti saja!” berimplikasi makna
langsung. Tuturan halizah pada (21) sebagai jawaban tuturan Bu guru pada (21) .
pada tuturan itu Halizah berjanji untuk menutup keran air bak, yang
diperkirakan baknya telah penuh. Dan tuturan Bu guru pada (22) “Ya, nanti
saja!” juga sebagai tuturan yang bermakna langsung ( konvensional), karena Bu
guru memerintahkan Halizah menutup keran, setelah orang keluar dari kamar
mandi.
Selain itu, Grice juga mengembangkan
teori hubungan antara ekspresi, makna, makna tutur, dan implikasi dari suatu
tuturan. Dalam teorinya Grice membedakan ada tiga macam implikatur, yakni
implikatur konvensional, implikatur nonkonvensional, dan praanggapan. Selain
itu, Grice juga membedakan dengan implikatur percakapan umum dan implikatur
percakapan khusus. Selanjutnya Harnish (1991) memberikan gambaran teori Grice
itu dengan bagan berikut ini,
Keseluruhan isi ujaran
\Apa
yg dimaksud
Apa yg
dikatakan Apa yg
diimplikasikan
Apa impliksi Apa implikasi Apa yang
Konvensionalnya Nonkonvensional dipraanggapkan
Apa
implikasi percakapannya
Implikatur
percakapan khusus Implikatur
percakapan umum
Praanggapan
berkaitan dengan pengetahuan bersama antara mitra tutur dengan penutur terhadap
sesuatu yang dibicarakan. Pengetahuan bersama itu merupakan prasyarat untuk
meyakini sesuatu yang dibicarakan itu benar atau salah. Prasyarat itu mendukung
hubungan antara penutur dengan mitra tutur, serta adanya kewajaran tuturan
dalam suatu konteks tertentu. Misalnya, “ Bom di Tantena Poso Sulteng baru-baru
ini menelan korban lebih dari 21 orang”. Dalam tuturan yang bermodus deklaratif
tersebut terdapat dua praanggapan, yakni bahwa ‘bom’ adalah senjata yang
mematikan, dan ada pelaku yang meledakkan bom. Dari kedus bentuk praanggapan
tersebut menyiratkan makna bahwa ‘bom’
di Poso pantas menelan korban mencapai 21 orang.
Dengan
deimikian, dapat dipahami bahwa antara implikatur konvensional, implikatur
percakapan, dan praanggapan memiliki
fenomena tersendiri dalam pemaknaan suatu komunikasi tuturan
Fraser
(1990) menamakan implikatur dengan istilah ceremonial
dan vercular . Bach dan Harnish
(1979) menyebutkan istilah implikatur sebagai tindak tutur konvensional dan nonkonvensional. Lebih lanjut, Grice
(1975) mengemukakan bahwa pada dasarnya implikatur berkaitan dengan prinsip
umum dalam pragmatik. Prinsip yang dimaksud adalah adanya kerja sama yang
kontributif antara Pn dengan Mt dalam suatu percakapan. Pn dan Mt mengharapkan sumbangan kerja sama
sesuai dengan makna yang dapat diterima dan disepakati oleh kedua belah pihak.
Sehingga sejumlah implikasi makna tuturan dapat dipahami oleh Pn dan Mt.
Seorang siswa yang memohon supaya tidak disuruh maju mengerjakan tugas PR di
depan kelas, cukup megimplikasikan tuturan sebagai berikut.
Contoh
percakapan,
Siswa
: Bu, PR saya tinggal.
Ibu
Guru : Si…maju!
Dengan
memperhatikan kebiasaan siswa yang mengatakan PR saya tinggal atau tinggal di
rumah berimplikasi tidak langsung bahwa ia tidak mau disuruh mengerjakan tugas
ke depan karena tidak bisa. Bagi guru yang telah mengerti maksud tuturan siswa
seperti pada contoh percakapan di atas, yang mengacu pada PK seperti yang
dikemukakan Grice dan berdasarkan pengalamam-pengalaman sebelumnya, maka Ibu
guru langsung mempersilakan siswa yang lain untuk mengerjakan tugas ke depan
kelas. Guru tidak menanyakan , “Di mana buku PR-mu tertinggal? atau ambilkan
dahulu ke rumahmu dan setelah itu kamu harus maju ke depan kelas”. Jadi
implikatur akan mudah dipahami oleh Pn dan Mt jika keduanya telah berbagi
pengalaman dan pengetahuan.
Hakikat
implikatur dapat juga dipahami dari tuturan yang disampaikan oleh seorang siswa
kepada temannya, seperti yang tampak pada tuturan berikut ini:
Contoh
percakapan
A. Kok,
kelerengku tinggal dua?
B. Nuduh,
ya?
Tuturan (A) disampaikan pada Pn kepada Mt, sebagai
sarana untuk menginformasikan bahwa kelerengnya hanya tersisa dua buah, padahal
seharusnya lebih dari jumlah itu. Hal itu bermakna, bahwa kelerengnya ada yang
hilang, dan ada orang lain yang mengambilnya. Implikasi makna tuturan yang
disampaikan Pn pada (A) tampaknya dimengerti oleh Mt. oleh karena itu, Mt
menyampaikan respon dengan tuturan (B), yang merasa dituduh. Dengan menggunakan
ututran “Nuduh, ya?” berimplikasi
makna bahwa Mt tidak mengambil kelereng yang hilang itu. Jadi, tuturan pada (A
dan (B) adalah tuturan ber-IP, yang dapat dimaknai dengan kehadiran
konteks. Dilihat dari sudut pandang
pemecahan masalah komunikasi oleh Pn dan Mt, implikatur sangat besar peranannya
di dalam menginterpretasi makna tindak tutur tidak langsung karena untuk dapat
menjawab pertanyaan “Mengapa makna yang terkandung dalam tuturan Pn lebih
banyak daripada tuturan yang secara lahir disampaikan oleh Mt?” dibutuhkan
cara-cara atau konsepsi-konsepsi tertentu untuk pemecahan masalah tersebut.
Oleh karena itu, Grice menyodorkan pemecahan masalah melalui pemanfaatan
implikatur percakapan.
2.4 CIRI-CIRI IMPLIKATUR PERCAKAPAN
Apabila
diperhatikan, implikatur percakapan memiliki ciri-ciri spesifik, yang membedakan dengan fenomena
pragmatik lainnya. Menurut Cruse (2000:349-351) ada empat kriteria khusus yang
merupakan ciri IP, yaitu : bergantung konteks, dapat dibatalkan, tidak dapat
dilepaskan, dan dapat diperhitungkan.
1.
Bergantung konteks,
Ada
perbedaan antara implikatur konvensional, libatan (entailment), dan IP. Dilihat
dari keberadaan makna, baik pada implikatur konvensional, libatan, atau pun IP
pada dasarnya sama-sama memiliki makna bawaan, tetapi, yang berbeda terletak
pada (a) makna pada IP sangat ditentukan/bergantung pada konteks, (b) makna
pada implikatur konvensional ditentukan oleh konvensi, dan (c) makna pada
libatan ditentukan oleh preposisi (Kompson, 1995 : 32-34);Read,1998:238). Pada
contoh berikut, tuturan (12 dan 13)adalah makna libatan, sedangkan pada tuturan
B pada (14) adalah makna tuturan implikatur konvensional.
(12)
Arema ditaklukkan Persipura 1-0 di stadion Kanjuruan Kapanjen Malang.
(13) Arema kalah dari Persipura.
(14)
A. Sebagai penggemar sepak bola Inggris, bagaimana perasaan Bapak dengan
kegagalan Inggris dalam mengikuti Euro 2008?
B.
Ah, nggak ada ruginya.
Pada kalimat (12) dan (13) makna tuturan ditentukan oleh
proposisi tuturan tersebut. Kekalahan yang diderita Arema disebabkan oleh
ketangguhan dan kegigihan yang dimiliki Persipura. Jadi, kekalahan Arema
terkait (adanya libatan) dengan Persipura. Sementara makna pada (14)B adalah
berdasarkan konvensi antara penanya (A) dengan yang ditanya (B).
C. Dapat
Dibatalkan
Makna
tuturan ber-IP dapat dibatalkan dengan kehadiran materi tambahan. Proses
pembatalan dan materi tambahan dapat diamati pada contoh tuturan (15) berikut
ini.
(15)
A. Pak, jadi nggak Pak SBY memberi bantuan gempa bumi di Bengkulu, waktu
kunjungannya di Kabupaten Muko-muko kemarin?
B. (1) Beliau masih meminta laporan yang lebih
kongkret.
B. (2) Oh ya, sebagian bantuan telah diberikan
Pak SBY secara langsung.
Seumpamanya A
adalah wartawan dan B adalah Gubernur Bengkulu, maka jawaban B(1) mengandung
IP, bahwa Pak SBY belum memberikan bantuan gempa bumi di Bengkulu, karena masih
menunggu laporan yang lebih kongkret dari pihak SATKORLAK, sedangkan pada B (2)
menghapus implikatur tersebut.
D. Dapat
Diperhitungkan
IP
dapat diperhitungkan dengan menggunakan prinsip-prinsip umum berbasis pada
makna konvensional dan informasi kontekstual (Cruse,2000 :351). Makna
konvensional dapat diabaikan oleh Pn, ketika memaknai tuturan dengan
konteksnya, tetapi ia dapat memaknainya. Misalnya, ada dua orang yang secara
manasuka sutuju bahwa jika sewaktu-waktu salah satu diantara mereka mengatakan
X, mereka akan memaknai Y, contohnya antara dua orang mahasiswa yang tidak
dalam satu kost bahwa manakala salah seorang mengatakan “Mas,ada teman wanitanya”. atau “Mas, ada
tamu”. Sementara si-Mas menyadari bahwa dia tidak memakai baju. Respon atas
tuturan khusus itu bersifat bebas karena
itu, jawaban tuturan tersebut bisa bersifat serius, sebagaimana tampak dalam
respon B dalam (19),dan bisa dijawab dengan bercanda, seperti pada respon B
dalam (20) berikut ini
(19)A : Mas, ada ceweknya,disuruh
masuk nggak?
B : Terima kasih, saya pakai baju dulu.
(20) A: Mas, ada ceweknya, disuruh
masuk nggak?
B: Suruh tunggu sebentar, katakana
padanya “Mas baru pulang dari angkasa luar”.
Berikut
adalah contoh-contoh implikatur percakapan
1.
Ipmlikatur untuk memerintah
Devi : Mau ke mana, Yan?
Yanti:
Aku sakit perut.
Devi:
Orang sudah upacara.
Yanti:
Duluan aja! (sambil pergi menuju WC)
(Konteks
dituturkan oleh Devi ketika mengajak Yanti untuk segera mengikuti upacara
bendera, akan tetapi Yanti belum dapat ikut upacara karena perutnya sakit dan
segera ke WC. Devi menyuruh (memerintah) Yanti untuk segera ikut, karena
upacara segera akan dimulai)
Pada kutipan di atas penutur
menggunakan tuturan bermodus deklaratif untuk memerintah mitra tutur untuk
segera berangkat ke lapangan mengikuti
upacara bendera.
2.
Ipmlikatur untuk meminta
Manda : Bara, kelas kita sudah
masuk.
Bara :
Guru mungkin masih di kantor, biar kita main dulu.
(Konteks:
dituturkan ketika Manda mengajak Bara untuk segera masuk ke dalam kelas, karena
bel sudah dibunyikan. Sementara Bara mengajak Manda untuk tetap bermain di luar
kelas, karena diperkirakan guru masih berada di kantor dan tidak akan marah
kepada mereka.)
Kutipan di atas menggunakan tuturan
meminta dengan tujuan agar mitra tutur dapat bertindak sesuai dengan maksud
yang terimplikasi di dalam tuturan. Apabila diperhatikan, tuturan meminta yang
digunakan dalam percakapan antarsiswa di
luar kelas tersebut adalah bermodus deklaratif. Tuturan bermodus deklaratif
digunakan untuk menyampaikan berita. Sesuai konteks dan situasi tuturan penutur
meminta mitra tutur agar menemani bermain sampai saat guru masuk ke dalam
kelas.
3.
Ipmlikatur untuk melarang
Guru : Ayo semuanya ke Lapangan
Wildam : main voli, Pak?
Guru : Ya, ya, ke sana!
Ilham : Kok diduduki?
Wildam: Nggak pecah, kok.
Ilham : Duduklah! Duduklah! Pak Anang, lihat
Wildam
Guru : Sini, bolanya!
Wldam: Ya, maaf, Pak!
(Konteks:
dituturkan pada Ilham pada hari Jumat tanggal 2 Desember 2005, kelas V.a
kembali berolahraga. Pada hari ini siswa diajak bermain bola voli. Sebelum main
voli, bolanya diduduki Wildam, tapi Ilham melarang Wildam mendudukinya. Wildam
membandel, dan tetap duduk di atas bola karena kesal Ilham melarang Wildam dengan tuturan kebalikannya sambil melapor kepada
guru olahraga)
Sebagaimana terlihat pada kutipan di
atas, penutur menggunakan wujud tuturan direktif bermodus interogatif. Sesuai
dengan konteks, tuturan tersebut tidaklah dimaksudkan penutur untuk menanyakan
kenapa menduduki bola, tetapi penutur bermaksud melarang mitra tutur untuk
mendudukinya, sebab bola voli tersebut akan digunakan untuk bermain di
lapangan.
4.
Ipmlikatur untuk menegaskan
Amalia: Sarah, kamu suka daging
kurban nggak?
Sarah : Kalau dikasih mau.
Amalia: Kamu suka sapi atau kambing?
Sarah : Aku suka sapi. Kalau sate kambing mau
juga.
(Konteks:
dituturkan ketika dilakukan pemotongan hewan korban. Sambil menunggu panitia pemotongan
hewan korban Amalia dan Sarah berbincang-bincang tentang suka atau tidaknya
makan daging sapi dan kambing. Sarah suka makan daging sapi dan juga suka makan
daging kambing. Sementara Amalia suka daging sapi dan daging kambing tidak
suka. Hanya saja kalau daging kambing disate juga suka)
Pada kutipan di atas tampak penutur
menggunakan tuturan berwujud asertif menegaskan untuk memberikan penjelasan
kepada mitra tutur dari keragu-raguan terhadap kesukaannya kepada daging sapi
atau daging kambing.
5.
Ipmlikatur untuk mengemukakan pendapat
Manda: Bara, kelas kita sudah masuk.
Bara: Guru mungkin masih di kantor, biar kita main
dulu.
Manda: Nanti dimarah Ibu.
Bara: Sebentar kita masuk!
(Konteks:
dituturkan ketika Manda mengajak Bara untuk segera masuk ke dalam kelas, karena
bel sudah dibunyikan. Sementara Bara mengajak Manda untuk tetap bermain di luar
kelas, karena diperkirakan guru masih berada di kantor dan tidak akan marah
kepada mereka.)
Dari kutiapn di atas tampak ada 2
tuturan yang berwujud asertif mengemukakan pendapat., yakni Bara: Guru mungkin masih di kantor, biar kita main
dulu dan Manda: Nanti dimarah Ibu. Kedua tuturan ini bermodus deklaratif.
6.
Ipmlikatur untuk mengeluh
Gema : Upacara, nggak?
Miman: Topiku tinggal di rumah, aku
takut.
Gema : Baris di belakang aja!
(dituturkan
ketika upacara bendera Hamiman mengeluh dan tidak berani ikut upacara bendera,
karena topinya tertinggal di rumah. Sementara Gema tetap mengajak Hamiman untuk
ikut upacara walaupun tidak memakai topi, dan ia sarankan supaya berdiri di
barisan paling belakang aja.)
Dari kutipan di atas tampak penutur
menyampaikan tuturan berwujud asertif mengeluh. Tuturan aseryif mengeluh
tersebut disampaikan dengan modus deklaratif.
7.
Ipmlikatur untuk melaporkan
Bu Eva: Sarah nggak masuk lagi ya?
Tasya : Ke Jakarta, Bu.
Devi
: Mungkin ke bandung, Bu. Sebab , katanya neneknya orang Bandung, Bu.
Bu Eva: Biasanya dia izin.
Tasya : Mungkin izin sama Bu Ana, Bu.
(konteks:
dituturkan ketika siswa menjawab pertanyaan Bu Eva ( guru bahasa Indonesia). Bu
Eva masuk ke kelas dan ketika persentasi ternyata salah seorang siswa (Sarah)
tidak masuk. Menurut Tasya (teman
Sarah), Sarah pergi ke Jakarta ikut orang tuanya. Sementara itu, Devi
mengatakan bahwa Sarah pergi ke Bandung, karena sering cerita orang tuanya
berasal dari Bandung.
Pada kutipan di atas, tampak penutur
menggunakan tuturan yang bermodus deklaratif. Impilkasi tuturan asertif ini,
penutur melaporkan tentang kehadiran Sarah, yang tidak masuk sekolah. Tuturan
ini diutarakan untuk menjawab pertanyaan Bu Eva yang menyanyakan kehadiran
Sarah
8.
Ipmlikatur untuk menyatakan terima kasih
Ilham: Gik, pinjam pensilnya, dong?
Yogi
: Pensilku ini bagus sekali, tidak bisa dipinjam.( Akan tetapi sesaat
kemudian, Yogi meminjamkan pensil itu kepada Ilham)
Ilham : Aduh, Gik, kamu baik sekali.
Yogi
: Hati-hati Ham makainya!
Ilham: Tenang, tengan aja!
(Konteks:
dituturkan ketika semua siswa sedang sibuk belajar dan mengerjakan penggalan
masing-masing. Secara kebetulan pensil yang digunakan Ilham patah, dan ia
mencari peraut pensil tidak ada. Oleh karena itu, Ilham mencari pinjaman pensil
dari teman yang duduk di sebelahnya. Kebetulan Yogi memiliki pensil lain di
samping yang ia pakai. Akan tetapi pensil yang ia pakai bentuknya agak jelek,
namun pensil itu dikatakan olek Yogi pensil yang bagus. Atas peminjaman Yogi
Ilham mengucapkan terima kasih.)
Pada kutipan di atas, menggunakan
modus deklaratif untuk mengucapkan terima kasih.
9.
Ipmlikatur untuk mengucapkan selamat
Nadia: Bagi-bagi kuenya, dong!
Intan: dikasih teman yang Ultah.
Nadia: Siapa yang Ultah?
Intan: Teman kita yang cantik
itu(maksudnya Mita)
Nadia: Nanti saya ikut nyiram,ya?
Mita: nggak mau, nggak mau.
(Konteks:
dituturkan ketika duduk-duduk menunggu tema sekelas yang main voli. Beberapa
siswa putri ngobrol di pinggir lapangan. Diantaranya ada yang asyik makan kue
Ultah. Mendengar ada teman yang ultah Nadia mau ikut menyiram yang ber-Ultah
sebagai ucapan selamat ulang tahun.( tampaknya menyiram teman yang berulang
tahun merupakan tradisi yang sedang marak tetapi yang ber-ultah tidak mau
disiram.)
Pada
kutipan di atas, menggunakan tuturan yang bermodus imperative untuk mengucapkan
selamat.
10.
Ipmlikatur untuk permintaan maaf
Aminudin: Yuk, ke kantin ( sambil
merangkul Wildam)
Wildam: Aku nggak punya uang.
Aminudin: Tenang aja, kamu tempura
atau bakso?
Wildam: Aku bakso aja!
(Konteks:
dituturkan pada saat istirahat kedua, Aminudin mengajak Wildam untuk pergi ke
kantin sekolah. Ternyata Wildam tidak mau dan seraya menunjukkan sikap minta
maaf, dengan alasan tidak punya uang. Akan tetapi Aminudin mau menraktir Wildam
jajan. Aminudin menawarkan jajanan kepada Wildam dengan dua pilihan, yakni
tempura atau bakso. Ternyata Wildam memilih bakso)
Dalam percakapan di atas penyataan
minta maaf dari penutur tidak dinyatakan secara langsung tetapi tersirat dalam
konteks tuturan.
11.
Ipmlikatur
untuk memuji
Dini: Lek, gimana puasanya?
Molek: Molek nih, hebat.
Dini: kecil-kecil, sudah cukup
puasanya, ya.
Molek: Puasamu gimana , Din?
Dini: Baru tiga hari.
Sarah: Hi hik , baru tiga hari.
Dini: Itulah namanya wanita. ( kemudian
mereka diam sejenak dan melanjutkan ke tuturan berikutnya)
Molek: Sarah, kamu biasa takjil apa?
Sarah: Mamaku sering beli di pasar.
Molek: Maksudku, apa kolak, apa
bubur, apa yang lain?
Sarah: Ya, macam-macam
(Konteks:
dituturkan oleh siswa setelah kembali lagi ke sekolah setelah libur selama
seminggu pada awal puasa. Dini, Molek, dan Sarah berbagi mengalaman tentang
suasana puasa Ramadhan yang mereka kerjakan selama satu minggu awal libur
ramadhan. Molek dan Sarah fisiknya masih kecil dan puasanya cukup, sedangakan
Dini yang fisiknya agak besar, dan kemungkinan sudah baligh, karena itu ia
mengatakan seperti tuturan (Itulah namanya wanita). Hal ini, belum dimengerti
oleh Sarah dan Molek karena itu, Sarah menertawakan jumlah puasa Dini. Tapi
demikian Dini juga memuji puasa Sarah dan Molek yang jumlah hari cukup). Pada
kutipan di atas, penutur menyampaikan tuturan ekspresif memuji dengan modus
deklaratif.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Implikatur percakapan
juga merupakan adanya keterkaitan antara ujaran-ujaran yang diucapkan antara
dua orang yang sedang bercakap-cakap. keterkaitan ini tidak tampak secara
literal, tetapi hanya dipahami secara tersirat. Implikatur memiliki empat kegunaan, yakni, pertama, implikatur mampu
memberi penjelasan fungsional, kedua, implikatur mampu memberikan penjelasan terhadap
suatu tuturan, ketiga, implikatur dapat menyederhanakan deskripsi semantik
perbedaan antarklausa, keempat, implikatur dapat menjelaskan berbagai fenomena
kebahasaan. Implikatur dibagi menjadi dua jenis, yaitu implikatur konvensional
dan nonkonvensional. Ada empat kriteria khusus yang merupakan ciri IP, yaitu :
bergantung konteks, dapat dibatalkan, tidak dapat dilepaskan, dan dapat
diperhitungkan.
3.2
SARAN
Penulis
sangat berharap pembaca dapat mencermati dan memahami isi makalah ini. Dengan
memahami makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui hakikat impilkatur,
konsep implikatur percakapan, jenis-jenis implikatur percakapan, dan cirri-ciri
implikatur percakapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar